BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF
DAN SANTUN
Dosen Pengampu :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Dewi Anta Sari
PBSI 2016 B (16188201044)
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No 27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2016/1017
BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF
DAN SANTUN
Makalah
Untuk Diseminarkan Di Kelas PBSI 2016 B
Dosen Pengampu :
M.
Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Dewi Anta Sari (16188201043)
STKIP STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No 27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2016/1017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Metode
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah yang berjudul “Berbahasa Secara Komunikatif dan Santun” ini saya buat
dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak M. Bayu Firmansyah,
M.Pd selaku dosen
mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah ini selaku pembimbing, teman-teman yang
telah memberi inspirasi, dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
Saya sadar makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya makalah ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.
Pasuruan, 28
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek Penting Dalam Berkomunikasi ..................................................................... 2
2.2 Fungsi Komunikatif Bahasa .................................................................................... 3
2.3 Faktor Penentu Kesantunan Dalam Bahasa ............................................................. 5
2.4 Faktor yang Dapat Menggagalkan Komunikasi ...................................................... 6
2.5 Faktor Kebahasaan Sebagai Penanda Kesantunan .................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Berbahasa secara komunikatif berarti cara menggunakan
bahasa sesuai dengan fungsi-fungsi komunikasi bahasa agar mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Namun harus disadari bahwa cara menggunakan bahasa
tidak cukup hanya merangkai bunyi, kata, kalimat, paragraf, atau bahkan wacana.
Berbahasa secara komunikatif adalah cara menggunakan
bahasa dengan memperhatikan konteks pemakaiannya. Oleh karena itu, jika seorang
guru mengajarkan berbahasa kepada pembelajar hendaknya tidak hanya berhenti
pada mengajarkan rangkaian bunyi menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat
menjadi paragraf dan seterusnya. Namun, juga harus mengajarkan konteks
pemakaian bahasa yang meneyrtai tuturan bahasa.
Berdasarkan uraian
diatas, betapa pentingnya mengerti fungsi komunikatif bahsa, faktor penentu
kesantunan, faktor yang dapat menggagalkan komunikasi dan lain sebagainya
supaya tidak terjadi kesalahpahaman serta kekeliruan penggunaan. Oleh sebab
itu, penulis akan memaparkan beberapa poin penting terkait dengan berbahasa
secara komunikatif dan santun.
1.2 Rumusan
Masalah
1)
Apa saja yang aspek-aspek penting dalam berkomunikasi?
2)
Apakah fungsi komunikatif bahasa?
3)
Apa saja faktor penentu kesantunan dalam bahasa?
4)
Apa saja faktor yang dapat menggagalkan komunikasi?
5)
Apa saja faktor kebahasaan sebagai penanda kesantunan?
1.3 Tujuan
1)
Menjelaskan aspek-aspek
penting dalam berkomunikasi.
2)
Menjelaskan fungsi
komunikatif bahasa.
3)
Menjelaskan faktor
penentu kesantunan dalam bahasa.
4)
Menjelaskan faktor
yang dapat menggagalkan komunikasi.
5)
Menjelaskan faktor kebahasaan sebagai penanda kesantunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Aspek-aspek Penting Dalam Berkomunikasi
Ketika mengemas gagasan, seseorang harus memperhatikan beberapa hal (Hymes,
1989) yaitu:
1)
Situation : Keadaan
yang melingkupi terjadinya peristiwa komunikasi (santai, serius, netral, dan
sebagainya).
2)
Participant : siapa
yang ikut terlibat dalam peristiwa komunikasi (teman kerja, atasan, bawahan,
pembantu dan sebagainya).
3)
Ends (tujuan) : apa
yang ingin dicapai melalui komunikasi (memengaruhi, memberi informasi,
menyuruh, membujuk, merayu, dsb).
4)
Addresee (mitra
komunikasi) : orang yang diajak berkomunikasi (mitra tutur).
5)
Keys (kunci) : pokok
persoalan yang menjadi kunci pembicaraan.
6)
Instruments : segala
hal yang ada di seputar pembicara yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kelancaran pembicaraan.
7)
Norms (norma/kaidah)
: kaidah yang harus diikuti oleh pembicara (pranata sosial masyarakat yang
berlaku).
8)
Genre (ragam/corak
bahasa) : aneka ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi (ragam
santai, ragam formal, ragam literer, dsb).
Semua komponen itu harus
diperhatikan dalam berkomunikasi agar proses encode gagasan dapat
dikomunikasikan secara baik kepada pendengar atau pembaca. Realisasi dari
penerapan komponen itu dalam berkomunikasi akan terlihat melalui pilihan kata
(diksi), struktur kalimat atau tuturan, ragam bahasa yang dipakai, konteks
komunikasi, pemanfaatan contoh dan ilustrasi yang sesuai dengan konteks yang
menyertai peristiwa tutur.
Dalam kenyataannya, penutur
sering gagal menyampaikan pesan yang dipikirkannya. Pesan yang dipikirkannya
kadang-kadang jauh lebih banyak daripada yang dapat disampaikan. Bahkan, ketika
seseorang berbicara atau menulis, yang diucapkan atau ditulis dapat menyimpang
jauh dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
Faktor-faktor yang sering
menyebabkan terjadinya penyimpangan penyampaian pesan antara lain: a) topik
pembicaraan tidak dipilih secara terfokus, b) gagasan dari topik yang dipilih
tidak ditata secara sistematis, c) alur pikiran tidak ditata secara logis, d)
pemakaian bahasa tidak dikembangkan secara kreatif, dan e) kurang terlatih
mengungkapkan gagasan secara lisan maupun tertulis.
2.2 Fungsi
Komunikatif Bahasa
Fungsi bahasa adalah cara
bagaimana bahasa itu digunakan. Dengan demikian, fungsi komunikatif bahasa
adalah bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi. Pranowo (1988)
mengidentifikasi fungsi komunikatif bahasa menjadi 11 (sebelas) macam. Fungsi
komunikatif atau fungsi mikro adalah fungsi spesifik pemakaian bahasa dalam
kegiatan berkomunikasi. Hal ini dideskripsikan sebagai berikut.
1)
Fungsi Informatif
Fungsi informatif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
pendengar atau pembaca. Fungsi informatif ini memiliki subfungsi seperti (1)
untuk menjelaskan, (2) untuk membuat rincian, (3) untuk beralih topik, (4)
untuk mengidentifikasi, (5) untuk menghubungkan dengan menggarisbawahi, (6)
untuk menghubungkan secara analogi, dsb.
2)
Fungsi Transaksional
Fungsi transaksional yang
dimaksud adalah bahwa bahasa dipakai untuk mengadakan hubungan antara seseorang
dengan orang lain.
3)
Fungsi Interaksional
Fungsi interaksional yang
dimaksud adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk saling berhubungan satu
dengan yang lain dalam segala keperluan. Sebagai makhluk sosial tentu setiap
orang ada tuntutan kebutuhan untuk selalu berhubungan dalam segala keperluan.
4)
Fungsi Komisif
Fungsi komisif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk menyatakan kesanggupan atau
ketidaksanggupan mengenai sesuatu dengan orang lain. Fungsi komisif ini
memiliki subfungsi seperti (1) untuk menolak secara langsung, (2) untuk menolak
secara tidak langsung, (3) untuk menyatakan kesanggupan, (4) untuk menyatakan
ketidaksanggupan, (5) untuk menyutujui, dsb.
5)
Fungsi Direktif
Fungsi direktif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengajukan saran, membujuk, permintaan,
meyakinkan orang lain dsb. Fungsi direktif ini memiliki subfungsi seperti 1)
untuk meyakinkan, 2) untuk memberi kritik, 3) untuk mengharapkan sesuatu, 4)
untuk membujuk, 5) untuk memberi saran, 6) untuk memerintah secara tidak
langsung, dsb.
6)
Fungsi Konatif
Fungsi konatif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk mencairkan pembicara antara penutur
dengan mitra tutur. Fungsi konatif ini juga memiliki subfungsi seperti 1)
menanyakan kondisi mitra tutur 2) untuk menyapa pada saat berpapasan dengan
mitra tutur, dsb.
7)
Fungsi Ekspresif
Fungsi ekspresif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, suasana hati,
dsb. Fungsi ekspresif ini memiliki subfungsi seperti 1) untuk mengungkapkan
kekecewaan, 2) menyatakan pendapat pribadi, 3) menyatakan sikap pribadi, 4)
menyatakan pengalaman pribadi, dsb.
8)
Fungsi Regulatory
Fungsi regulatory adalah bahwa
bahasa dapat digunakan untuk mengontrol sesuatu peristiwa.
9)
Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik yang dimaksud adalah
bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengenal lingkungan seperti anak kecil ingin
mengenal sesuatu yang belum dikenal sebelumnya.
10) Fungsi
Instrumental
Fungsi instrumental yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk memanipulasi lingkungan sehingga
terjadi suatu peristiwa.
11) Fungsi
Imajinatif
Fungsi imajinatif yang dimaksud
adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk menciptakan ide-ide yang bersifat
imajiner dan mengandung keindahan.
2.3 Faktor Penentu Kesantunan
Faktor penentu
kesatuan adalah segala hal yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi
santun atau tidak santun. Faktor penentu kesatuan dari aspek kebahasaan dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
Aspek penentu
kesatuan dalam bahasa verbal lisan, antara lain aspek intonasi (keras lembutnya
intonasi ketika seseorang berbicara), aspek nada bicara (berkaitan dengan
suasana emosi penutur: nada resmi, nada bercanda atau bergurau, nada mengejek,
nada menyindir), faktor pilihan kata, dan faktor struktur kalimat.
Aspek intonasi dalam
bahasa lisan sangat menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa. Ketika penutur
menyampaikan maksud kepada mitra tutur dengan menggunakan intonasi keras,
padahal mitra tutur berada pada jarak yang sangat dekat dengan penutur,
sementara mitra tutur tidak tuli, penutur akan dinilai tidak santun.
Sebaliknya, jika penutur menyampaikan maksud dengan intonasi lembut, penutur
akan dinilai sebagai orang yang sntun.
Aspek nada dalam
bertutur lisan memengaruhi kesantunan berbahasa seseorang. Nada adalah naik
turunnya ujaran yang menggambarkan suasana hati penutur ketika sedang bertutur.
Jika suasana hati sedang senang, nada bicara penutur naik dengan ceria sehingga
terasa menyenangkan. Jika suasana hati sedang sedih, nada bicara penutur
menurun dengan datar sehingga terasa menyedihkan. Jika suasana hati sedang
marah, emosi, nada bicara penutur menaik dengan keras, kasar sehingga terasa
menakutkan.
Pilihan kata
merupakan salah satu penentu kesantunan dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Ketika seseorang sedang bertutur, kata-kata yang digunakan dipilih sesuai
dengan topik yang dibicarakan, konteks pembicaraan, suasana mitra tutur, pesan
yang disampaikan, dan sebagainya.
Faktor penentu
kesantunan yang dapat diidentifikasi dari bahasa verbal tulis, seperti pilihan
kata yang berkaitan dengan nilai rasa, panjang pendeknya struktur kalimat,
ungkapan, gaya bahasa, dan sebagainya. Seperti sudah diuraikan diatas,
kesantunan berbahasa dapat diidentifikasi faktor penentunya sebagai berikut.
a.
Menggunakan tuturan
tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika dibandingkan dengan tuturan
yang diungkapkan secara langsung.
b.
Pemakaian bahasa
dengan kata-kata kias terasa lebih santun dibandingkan dengan pemakaian bahasa
dengan kata-kata lugas.
c.
Ungkapan memakai gaya
bahasa penghalus terasa lebih santun dibandingkan dengan ungkapan biasa.
d.
Tuturan yang
dikatakan berbeda dengan yang dimaksudkan biasanya tuturan lebih santun.
e.
Tuturan yang
dikatakan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan tuturan
yang dikatakan secara eksplisit.
Faktor penentu kesantunan dari
aspek nonkebahasaan berupa pranata sosial budaya masyarakat (aturan anak kecil
harus selalu hormat kepada orang yang lebih tua, makan tidak boleh sambil
berdiri, makan tidak boleh berkecap, bersendawa sehabis makan, perempuan tidak
boleh tertawa terbahak-bahak, bercanda di tempat orang yang sedang berduka,
dsb). Pranata adat, seperti jarak bicara antara penutur dengan mitra tutur,
gaya bicara, dsb.
2.4
Faktor yang Dapat Menggagalkan Komunikasi
Banyak faktor yang menyebabkan
komunikasi dapat gagal, antara lain (a) mitra tutur tidak memiliki informasi
lama sebagai dasar memahami informasi baru yang disampaikan penutur, (b) mitra
tutur tidak tertarik dengan isi informasi yang disampaikan penutur, (c) mitra
tutur tidak berkenan dengan cara menyampaikan informasi si penutur, (d) apa
yang diinginkan memang tidak ada atau tidak dimiliki oleh mitra tutur, (e)
mitra tutur tidak memahami yang dimaksud oleh penutur, dan (f) jika menjawab
pertanyaan, mitra tutur justru melanggar kode etik.
1.
Mitra Tutur tidak Memiliki Informasi Lama
Komunikasi akan dapat berjalan lanacar jika common ground antara penutur dan mitra
tutur sama. Common ground yang
dimaksud adalah dasar pemahaman yang sama mengenai topik yang dibicarakan.
Namun, pada saat tertentu dasar pemahaman antara penutur dan mitra tutur tidak
sama. Jika hal ini terjadi, komunikasi akan terhambat.
Jika mitra tutur tidak memiliki informasi lama yang cukup
memadai berkaitan dengan topik yang dibicarakan oleh penutur, akibatnya penutur
tidak mau melanjutkan komunikasi dengan mitra tutur.
2.
Mitra Tutur tidak Tertarik dengan Informasi Penutur
Komunikasi dapat terjadi jika informasi yang dibicarakan
sama-sama diminati oleh penutur dan mitra tutur. Namun, kadang-kadang informasi
yang diminati penutur dan ingin sekali agar mitra tutur mengetahui
informasinya, penutur menyampaikan informasi itu kepada mitra tutur. Sayangnya,
kadang-kadang mitra tutur tidak tertarik dengan informasi penutur. Akibatnya,
respons mitra tutur tidak seantusias penutur.
3.
Mitra Tutur tidak Berkenan dengan cara Menyampaikan
Informasi Penutur
Komunikasi dapat gagal ketika mitra tutur tidak berkenan
dengan cara menyampaikan informasi di penutur. Berdasar sudut pandang penutur,
yang terpenting dalam berkomunikasi adalah adanya pesan yang dikomunikasikan.
Namun, bagi mitra tutur, dengan adanya pesan yang disampaikan saja belum cukup.
Mitra tutur juga akan “menuntut” bagaimana cara penutur menyampaikan pesan.
4.
Apa yang Diinginkan tidak Dimiliki oleh Mitra Tutur
Komunikasi bisa juga tidak berlanjut atau gagal jika
mitra tutur tidak memiliki sesuatu yang diinginkan oleh penutur. Inisiatif
komunikasi diawali oleh penutur dan ditujukan kepada mitra tutur agar mendapat
respons seperti yang dikehendaki oleh penutur.
5.
Mitra Tutur tidak Memahami yang Dimaksud oleh Penutur
Ada banyak kemungkinan mitra tutur tidak memahami maksud
penutur, misalnya a) latar belakang ilmu yang dimiliki oleh penutur dengan
mitra tutur berbeda, b) kosa kata dan diksi yang digunakan oleh penutur terlalu
sulit sehingga mitra tutur tidak dapat menangkap pesan yang dimaksud penutur
secara baik, c) apa yang dikatakan penutur berbeda dengan yang dimaksudkan, d)
kalimat yang digunakan mungkin terlalu panjang sehingga mitra tutur terlambat
memahami maksud, e) penutur terlalu banyak menggunakan bahasa bersayap yang
belum diketahui mitra tutur.
6.
Kendala Kode Etik
Komunikasi kadang-kadang tidak dapat berlanjut karena
mitra tutur tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan penutur. Sebenarnya mitra
tutur mengetahui jawaban yang diinginkan oleh penutur, tetapi kalau mitra tutur
menjawab justru melanggar kode etik.
2.5
Faktor Kebahasaan Sebagai Penanda Kesantunan
Faktor yang
menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa ditentukan oleh dua hal, yaitu
faktor kebahasaan, dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan verbal dapat
menentukan kesantunan dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.
Pemakaian Diksi
Argumentasi yang dapat
dikemukakan berkaitan dengan kata-kata berkadar lebih santun tersebut adalah:
a) nilai rasa kata bagi mitra tutur akan terasa lebih halus, b) persepsi mitra tutur merasa bahwa dirinya
diposisikan dalam posisi terhormat, c) penutur memiliki maksud untuk
menghormati mitra tutur, d) dengan berkomunikasi secara santun sebenarnya yang
lebih terhormat adalah penutur karena segala yang diungkapkan sudah dihayati
sebelum dikomunikasikan.
2.
Pemakaian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah optimalisasi
pemakaian bahasa dengan cara-cara
tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. Gaya bahasa diantaranya yaitu:
a.
Majas metafora
Majas metafora banyak dipakai
untuk menghaluskan pemakaian bahasa Indonesia agar terasa santun. Meskipun isi
yang disampaikan keras, tetapi dengan dikatakan secara tidak langsung
menggunakan gaya bahasa jenis metafora, tuturan yang keras itu menjadi tetap
terasa santun.
b.
Gaya bahasa personifikasi
Gaya bahasa personifikasi juga
digunakan untuk mengoptimalkan pemakaian bahasa agar efektif dan terasa santun.
Isi tuturannya kadang-kadang berupa kritik, tetapi karena disampaikan secara
tidak langsung dengan personifikasi, kritik itu terasa tidak menyakitkan.
c.
Peribahasa
Peribahasa dapat memperhalus
tuturan yang sebenarnya sangat keras sehingga tuturan itu menjadi terasa
santun.
d.
Perumpamaan
Perumpamaan dapat menghaluskan
tuturan yang sebenarnya terasa keras, tetapi tetap terasa santun karena
dinyatakan secara tidak langsung.
Disamping bentuk-bentuk verbal seperti diatas, perilaku santun juga dapat
didukung dengan bahasa non-verbal, seperti a) memperlihatkan wajah ceria, b)
selalu tampil dengan tersenyum ketika berbicara, c) sikap menunduk ketika berbicara
dengan mitra tutur, d) posisi tangan selalu merapat pada tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1) Faktor-faktor yang sering
menyebabkan terjadinya penyimpangan penyampaian pesan antara lain: a) topik
pembicaraan tidak dipilih secara terfokus, b) gagasan dari topik yang dipilih
tidak ditata secara sistematis, c) alur pikiran tidak ditata secara logis, d)
pemakaian bahasa tidak dikembangkan secara kreatif, dan e) kurang terlatih
mengungkapkan gagasan secara lisan maupun tertulis.
2) Pranowo (1988) mengidentifikasi
fungsi komunikatif bahasa menjadi 11 (sebelas) macam. Fungsi komunikatif atau
fungsi mikro adalah fungsi spesifik pemakaian bahasa dalam kegiatan
berkomunikasi. Hal ini dideskripsikan sebagai berikut a) Fungsi Informatif, b) Fungsi Transaksional, c) Fungsi Interaksional, d)
Fungsi Komisif , e) Fungsi Direktif ,
f) Fungsi Konatif, g) Fungsi Ekspresif , h) Fungsi Regulatory, i) Fungsi Heuristik, j) Fungsi Instrumental ,
k) Fungsi Imajinatif.
3) Aspek penentu kesatuan dalam bahasa verbal
lisan, antara lain aspek intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang
berbicara), aspek nada bicara (berkaitan dengan suasana emosi penutur: nada
resmi, nada bercanda atau bergurau, nada mengejek, nada menyindir), faktor
pilihan kata, dan faktor struktur kalimat.
4) Banyak faktor yang menyebabkan
komunikasi dapat gagal, antara lain (a) mitra tutur tidak memiliki informasi
lama sebagai dasar memahami informasi baru yang disampaikan penutur, (b) mitra
tutur tidak tertarik dengan isi informasi yang disampaikan penutur, (c) mitra
tutur tidak berkenan dengan cara menyampaikan informasi si penutur, (d) apa
yang diinginkan memang tidak ada atau tidak dimiliki oleh mitra tutur, (e)
mitra tutur tidak memahami yang dimaksud oleh penutur, dan (f) jika menjawab
pertanyaan, mitra tutur justru melanggar kode etik.
5) Faktor yang menentukan santun tidaknya
pemakaian bahasa ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor kebahasaan, dan faktor
non kebahasaan. Faktor kebahasaan verbal (Pemakaian Diksi, Pemakaian Gaya
Bahasa), bahasa non-verbal, seperti a) memperlihatkan wajah ceria, b) selalu
tampil dengan tersenyum ketika berbicara, c) sikap menunduk ketika berbicara
dengan mitra tutur, d) posisi tangan selalu merapat pada tubuh.
3.2 Saran
1)
Bagi Pengajar
Para pengajar harus tahu dan
mememahami berbahasa secara komunikatif dan
santun.
Supaya ketika saat ada siswa yang bertanya ataupun kurang mengerti tentang berbahasa secara
komunikatif para pengajar bisa menjawab dengan tepat sesuai dengan
pedoman yang berlaku.
2)
Bagi Mahasiswa atau
Calon Guru
Bagi calon pengajar atau
mahasiswa sama halnya dengan para pengajar harus mengetahui dan memahami berbahasa secara komunikatif dan santun.
Yang mana dapat dilakukan dengan belajar di kampus ataupun membaca beberapa literatur. Dikarenakan nantinya bisa digunakan sebagai suatu pegangan atau pedoman yang
mana digunakan sebagai mendidik
peserta didik.
3)
Bagi Peserta Didik
Bagi peserta
didik harus mengetahui berbahasa secara komunikatif dan santun, agar saat
pembelajaran dilaksanakan maka peserta didik mudah untuk memahami. Dan mengetahui bagaimana cara berbahasa secara santun
dalam pembelajaran bahasa dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa: untuk Guru Bahasa dan Mahasiswa Jurusan Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
The most enduring symbol of the Norse - titanium arts
BalasHapus› worrione tj-metal-arts › tj-metal-arts The most enduring symbol titanium ring of the Norse 바카라사이트 - titanium arts · The most enduring symbol of the Norse - titanium arts · The most enduring symbol หาเงินออนไลน์ of the Norse - titanium arts.