Menjadi Guru yang Memahami: Menggali Pola Interaksi Keluarga dan Status Sosio-Ekonomi dalam Pendidikan

Hai Guru Profesional!

Salam Pendidikan!

Salam Literasi!

Saya Dewi Anta Sari sering dipanggil Dewi, saya merupakan Mahasiswa PPG Pra-Jabatan Gelombang 1 Tahun 2024 LPTK Universitas Wisnuwardhana Malang. Saat ini saya sedang menempuh semester 2 tidak terasa akan berakhir masa studinya.

Melalui beranda refleksi, saya ingin memberikan hasil pikiran dan merupakan tugas mata kuliah Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia yakni pada topik 2 dimensi Aksi Nyata.  

Saya akan memberikan tulisan refleksi menggunakan alur MERDEKA yang terdiri dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata. Refleksi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam bagi diri sendiri dan orang lain terutama kalian yang berprofesi sebagai Guru Profesional di seluruh Indonesia yang dapat saya sampaikan antara lain, sebagai berikut:


Menggali Makna Interaksi Keluarga dan Status Sosio-Ekonomi dalam Dunia Pendidikan

Keluarga adalah tempat pertama di mana kita belajar tentang kehidupan, nilai-nilai, dan cara berinteraksi dengan dunia. Namun, pernahkah kita berpikir bagaimana pola interaksi dalam keluarga terbentuk? Bagaimana status sosio-ekonomi memengaruhi dinamika keluarga serta pendidikan anak? Awalnya, saya mengira bahwa interaksi dalam keluarga semata-mata ditentukan oleh budaya dan norma sosial. Saya juga berpikir bahwa status ekonomi hanya berdampak pada kesejahteraan materi, tanpa menyadari pengaruhnya terhadap aspek psikososial yang lebih dalam

https://id.lovepik.com/image-500963719/the-family-were-playing-in-the-living-room.html 

Pola Interaksi Keluarga: Lebih dari Sekadar Tradisi

Selama proses pembelajaran, wawasan saya semakin terbuka. Pola interaksi keluarga tidak hanya dibentuk oleh nilai-nilai budaya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan politik. Setiap keluarga memiliki dinamika yang unik, tergantung pada lingkungan tempat tinggal, kebijakan pemerintah, serta kondisi ekonomi yang dihadapi.

Dari diskusi dengan rekan-rekan, saya semakin memahami bahwa interaksi dalam keluarga bersifat dinamis. Ada yang masih mempertahankan struktur patriarkal, sementara yang lain beralih ke pola yang lebih demokratis seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perubahan ini berdampak pada cara komunikasi antaranggota keluarga, serta bagaimana mereka menangani konflik dan membangun kedekatan emosional.


Status Sosio-Ekonomi dan Pendidikan: Antara Peluang dan Tantangan

Salah satu hal yang benar-benar membuka mata saya adalah bagaimana status sosio-ekonomi memengaruhi pendidikan anak. Tidak hanya dalam hal akses ke fasilitas pendidikan, tetapi juga dalam membentuk motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa. Dalam ruang kolaborasi, kami berdiskusi mengenai bagaimana kebijakan subsidi pendidikan dan bantuan sosial dapat memberikan kesempatan bagi keluarga kurang mampu untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Melalui studi kasus dan simulasi yang kami lakukan dalam kelompok, saya melihat bagaimana anak-anak dari keluarga berbeda menghadapi tantangan unik dalam pendidikan mereka. Ada yang harus bekerja membantu orang tua, ada pula yang mengalami kesenjangan digital dalam pembelajaran daring. Dari sini, saya sadar bahwa sebagai calon pendidik, saya harus memiliki perspektif yang lebih inklusif dalam memahami kondisi siswa.


Membangun Pemahaman yang Lebih Luas

Seiring berjalannya pembelajaran, saya semakin memahami bahwa pola interaksi keluarga dan status sosio-ekonomi bukanlah sesuatu yang statis. Keduanya terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Kesadaran ini mengubah cara saya memandang siswa di kelas nanti. Saya ingin lebih memahami bagaimana sekolah bisa menjadi jembatan bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk mendapatkan kesempatan belajar yang setara.

Saya juga melihat hubungan erat antara materi ini dengan Pemahaman Sosial Emosial. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga dapat memengaruhi perkembangan emosional dan sosial siswa? Selain itu, materi ini juga berkaitan dengan Culturally Responsive Teaching, yang menekankan pentingnya memahami latar belakang sosial dan budaya siswa dalam proses pembelajaran.

https://www.sman4unggulpga.sch.id/berita/detail/986438/peran-guru-dalam-membentuk-karakter-siswa-lebih-dari-sekadar-penyampai-informasi/ 


Menjadi Guru yang Adaptif dan Peduli

Pembelajaran ini sangat berharga bagi kesiapan saya sebagai calon guru. Saya semakin menyadari pentingnya fleksibilitas dan empati dalam mengajar. Kelas bukan hanya tempat mentransfer ilmu, tetapi juga ruang untuk memahami dan mendukung siswa dari berbagai latar belakang.

Saat ini, saya menilai kesiapan saya sebagai calon pendidik berada di angka 7 dari 10. Saya telah mendapatkan banyak wawasan, tetapi masih ada hal yang perlu saya pelajari lebih lanjut, terutama tentang strategi konkret dalam menangani siswa dari berbagai latar belakang sosio-ekonomi.

Untuk meningkatkan kesiapan ini, saya akan lebih banyak membaca tentang dampak sosio-ekonomi terhadap pendidikan serta mengikuti pelatihan mengenai pengelolaan kelas yang inklusif dan berbasis keadilan sosial. Dengan begitu, saya berharap dapat menjadi guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memahami dan mendukung setiap siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Saya percaya bahwa refleksi ini bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga bisa menjadi bahan diskusi bagi kita semua. Bagaimana dengan pengalaman Anda? Apakah Anda juga melihat bagaimana faktor sosial dan ekonomi memengaruhi pendidikan di sekitar Anda? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar!


Komentar